Kelahiran Prematur – Kelahiran prematur tidak hanya tentang mempertahankan kehidupan si kecil, tetapi juga menjaga kualitas hidup dan memastikan tumbuh kembangnya berjalan optimal. Ahli mengingatkan bahwa tugas orang tua tidak selesai ketika bayi keluar dari NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Orang tua harus terus memantau perkembangan anak dengan dukungan tenaga kesehatan.
Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang di RSIA Bunda Jakarta, Rini Sekartini, menekankan bahwa banyak orang tua terlalu bersemangat membeli timbangan untuk memantau berat badan bayi secara mandiri begitu keluar dari NICU. Namun, menurutnya, pemantauan berat badan dan aspek klinis lainnya sebaiknya tetap dilakukan oleh tenaga medis.
“Orang tua sebaiknya fokus merawat bayinya dengan baik tanpa harus menambah stres dengan hal-hal yang memang menjadi tugas tenaga kesehatan,” ujar Rini.
Fokus pada Perawatan, Bukan Kekhawatiran Berlebih
Rini menyarankan agar orang tua lebih memprioritaskan kualitas perawatan sehari-hari, seperti menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan nutrisi yang cukup, dan memastikan imunisasi berjalan sesuai jadwal. Dengan begitu, orang tua dapat mendukung bayi prematur untuk tumbuh secara sehat tanpa terbebani tekanan yang tidak perlu.
Peran tenaga kesehatan menjadi krusial dalam memastikan pemantauan medis tetap terjaga, sehingga orang tua tidak perlu merasa harus mengurus semuanya sendiri. Kolaborasi yang baik antara keluarga dan tenaga medis adalah kunci untuk memberikan kehidupan terbaik bagi si kecil.
Menjaga Kualitas Hidup Bayi Prematur, Fokus Orang Tua dan Tenaga Kesehatan
Dokter Rini Sekartini, spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang di RSIA Bunda Jakarta, menekankan pentingnya menjaga kualitas hidup bayi prematur, bukan hanya mempertahankan kehidupannya. Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi media di RSIA Bunda Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/11).
“Dalam kasus bayi prematur, berbagai tindakan dilakukan untuk mempertahankan kehidupan anak, tapi jangan sampai lupa kualitas hidupnya,” ujar Rini.
Rini menjelaskan bahwa aspek kesehatan bayi seperti berat badan, panjang badan, hingga imunisasi merupakan ranah yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan. Orang tua tidak perlu mengambil alih tanggung jawab tersebut, melainkan lebih baik fokus pada tumbuh kembang anak. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan panduan dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai acuan.
Kolaborasi Orang Tua dan Tenaga Kesehatan
Dalam merawat bayi prematur, kolaborasi antara orang tua dan tenaga medis menjadi kunci. Dengan membagi tugas secara tepat, orang tua dapat lebih tenang dan fokus pada peran mereka dalam memberikan perhatian dan kasih sayang yang optimal. Sementara itu, pemantauan kesehatan secara teknis tetap berada di tangan tenaga medis yang ahli.
Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi stres bagi orang tua, tetapi juga memastikan bayi mendapatkan perawatan terbaik untuk mendukung kualitas hidup dan tumbuh kembangnya secara menyeluruh.
Pentingnya Memahami Usia Koreksi pada Bayi Prematur
Dokter Rini Sekartini menekankan pentingnya penggunaan usia koreksi untuk memantau tumbuh kembang bayi prematur. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), yang memuat panduan perkembangan sesuai usia koreksi.
Pada bayi prematur, usia koreksi digunakan sebagai pengganti usia kronologis (usia sejak kelahiran), karena bayi prematur lahir sebelum usia kehamilan normal, yaitu 40 minggu. Usia koreksi dihitung dengan cara:
40 minggu (usia kehamilan normal) – usia kehamilan saat bayi lahir = usia koreksi.
Sebagai contoh, jika seorang bayi lahir pada usia kehamilan 28 minggu, maka kekurangannya adalah:
40 minggu – 28 minggu = 12 minggu (3 bulan).
Jika bayi ini datang kontrol di usia kronologis 1 tahun, usia koreksi bayi sebenarnya adalah 9 bulan. Dengan demikian, perkembangan bayi harus dibandingkan dengan milestone bayi usia 9 bulan, bukan 1 tahun.
Fokus pada Perkembangan Anak, Bukan Perbandingan
Rini mengingatkan, orang tua bayi prematur tidak bisa begitu saja membandingkan anak mereka dengan anak lain yang lahir normal. Hal ini penting agar orang tua tidak merasa cemas atau tertekan ketika perkembangan anak terlihat berbeda.
“Orang tua perlu melihat perkembangan bayi sesuai usia koreksi, bukan usia kronologis,” jelas Rini. Ia juga menyarankan orang tua untuk fokus pada hal-hal yang dapat dilakukan demi mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, alih-alih membandingkan dengan anak-anak lain.
Pemahaman ini diharapkan membantu orang tua memberikan dukungan terbaik bagi bayi prematur, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi masing-masing.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.