Tragedi yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo pada akhir September lalu meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang. Akibat robohnya gedung yang sedang dalam tahap pembangunan, sejumlah nyawa melayang, memicu perhatian publik dan reaksi cepat dari tim SAR gabungan.
Jumlah korban telah meningkat menjadi 17 orang setelah penemuan terbaru oleh tim SAR. Penemuan ini menandai langkah kritis dalam upaya pencarian dan evakuasi korban yang masih terjebak di reruntuhan.
Saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah, dan momen sakral itu berakhir tragis saat bangunan ambruk. Tim SAR harus menghadapi tantangan besar dalam mengevakuasi dan mencarikan kepastian bagi keluarga yang menunggu dengan cemas.
Detail Kejadian Runtuhnya Pondok Pesantren di Sidoarjo
Pondok Pesantren Al Khoziny, bangunan tiga lantai, runtuh pada Senin, 29 September. Pada saat ambruk, para santri tengah mengikuti kegiatan keagamaan yang seharusnya memperdalam iman mereka.
Sejak peristiwa nahas itu, Tim SAR Gabungan dikerahkan untuk mencari dan mengevakuasi korban. Proses pencarian ini melibatkan banyak angkatan, termasuk Dinas Pemadam Kebakaran dan relawan masyarakat.
Terkait dengan situasi ini, Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya mengungkapkan bahwa tantangan terbesar adalah mengangkat puing dan memotong rangka besi yang menjebak korban. Keahlian dan dedikasi para petugas sangat dibutuhkan dalam kondisi yang berbahaya ini.
Tindakan hati-hati menjadi prioritas utama karena setiap gerakan bisa membahayakan nyawa para korban yang tertimbun. Penggunaan alat berat memang diperlukan, tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
Meskipun keadaan sangat sulit, upaya tim SAR tetap tidak kenal lelah. Setiap penemuan baru, seperti potongan tubuh, memberikan harapan sekaligus kesedihan bagi keluarga yang menunggu.
Langkah-Langkah Proses Evakuasi Tim SAR
Proses evakuasi dilakukan di dua sektor yang berbeda, yakni A1 dan A2, dimana reruntuhan bangunan ambruk terbagi. Penemuan pertama di sektor A1, potongan tubuh ditemukan pada pukul 17.33 WIB, menunjukkan betapa kompleksnya pencarian ini.
Setelah penemuan tersebut, tim melanjutkan ke sektor A2. Di sini, dua jenazah ditemukan pada waktu yang berbeda di sore hari. Keberhasilan ini menjadi titik terang dalam pencarian yang penuh tantangan.
Nanang Sigit, sebagai On Scene Coordinator, menjelaskan bahwa tim harus memotong dan mengangkat puing-puing dengan sangat hati-hati. Proses ini sering kali melibatkan alat berat dan teknik ekstrikasi yang rumit.
Keputusan untuk menghentikan penggunaan alat berat sesaat demi keselamatan tim menunjukkan betapa berisikonya situasi yang mereka hadapi. Semua anggota tim bekerja secara berkoordinasi untuk mencapai hasil yang maksimal.
Keterlibatan berbagai pihak, termasuk relawan dan masyarakat setempat, turut membantu mempercepat proses pencarian. Sinergi ini menunjukkan kekuatan kemampuan kolaboratif dalam menghadapi bencana.
Menghadapi Laporan Korban dan Harapan Keluarga
Menurut informasi terbaru, hingga hari Sabtu (4/10), total korban yang berhasil ditemukan mencapai 121 orang, di mana 104 diantaranya dalam kondisi selamat. Jenis dan kondisi korban sangat bervariasi, membuat proses evakuasi semakin menantang.
Sebanyak 17 orang dilaporkan meninggal, dan satu potongan tubuh yang ditemukan menjadi pengingat menyedihkan akan tragedi ini. Keluarga korban terus menunggu dengan harapan dan doa, meskipun sebagian sudah harus merelakan orang tercintanya.
Situasi yang dihadapi keluarga dari korban menimbulkan berbagai reaksi emosional. Dari harapan akan menemukan lebih banyak saksi hidup hingga kesedihan mendalam bagi mereka yang kehilangan, suasana berkumpul penuh dengan emosi dan ketidakpastian.
Memori pahit akan kejadian ini akan membekas di hati para santri dan orang-orang yang terlibat. Hal ini menjadi pengingat bahwa keselamatan seharusnya menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan, terutama yang melibatkan banyak orang.
Setelah bencana, penetapan berbagai langkah pencegahan dan keselamatan akan sangat penting guna mencegah tragedi serupa di masa mendatang. Kesadaran masyarakat akan risiko dan perlunya konstruksi yang lebih aman merupakan salah satu pelajaran berharga dari insiden ini.