Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan telah resmi menutup operasi pencarian dan pertolongan setelah tragedi yang terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Keputusan ini diambil pada hari ke-9 setelah ambruknya gedung tersebut, yang mengakibatkan banyak korban jiwa.
Data terkini menunjukkan bahwa total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 171 orang, yang terdiri dari 104 orang selamat dan 67 orang meninggal dunia, termasuk delapan potongan tubuh. Informasi ini disampaikan oleh Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan pada konferensi pers.
Direktur mengatakan bahwa pencarian akan dihentikan, karena tim telah melaksanakan tugas mereka semaksimal mungkin. Proses identifikasi masih berlangsung dan pihak berwenang terus memantau perkembangan kasus ini untuk memberikan informasi terbaru kepada publik.
Evaluasi Pasca Tragedi Gedung Ambruk di Pesantren
Tindak lanjut kondisi gedung yang ambruk menjadi agenda penting bagi pemerintah dan otoritas setempat. Dari total korban, 34 jenazah telah teridentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) yang bekerja sama dengan Biddokkes Polda Jawa Timur.
Proses identifikasi ini dilakukan dengan cermat, dan tim DVI berhasil mencocokkan sebagian besar dari 18 kantong jenazah yang mereka periksa. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya upaya tim dalam menyelesaikan proses identifikasi tersebut.
Namun, ada 33 jenazah yang masih belum teridentifikasi, yang memerlukan waktu dan usaha lebih lanjut dari pihak berwenang. Komunikasi yang transparan akan sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik selama tahap ini.
Keamanan dan Keselamatan Pesantren di Masa Depan
Menyusul insiden tersebut, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia menyerukan penghentian sementara semua aktivitas di Pondok Pesantren Al Khoziny. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa bangunan tersebut dinyatakan aman untuk digunakan sebelum aktivitas pendidikan dilanjutkan.
Ia berharap agar semua pihak mengikuti Standard Operating Procedure (SOP) yang ada demi keamanan para santri. Kebijakan ini demi memastikan bahwa tragedi serupa tidak terulang di masa mendatang.
Pemerintah juga berencana melakukan pendataan di pesantren-pesantren lain yang mungkin tidak memenuhi standar keselamatan untuk mencegah insiden serupa. Ini adalah langkah preventif untuk memastikan keselamatan generasi muda yang menimba ilmu di pesantren.
Respons Pemerintah dan Komitmen untuk Perbaikan
Menangani masalah ambruknya gedung pesantren ini, Kementerian Agama menyatakan akan melakukan inspeksi terhadap sejumlah pesantren yang dianggap belum memenuhi syarat. Semua langkah ini diambil untuk menjamin keselamatan di lingkungan pendidikan.
Menko PM juga mengungkapkan pentingnya izin sebelum mendirikan bangunan baru, menekankan bahwa setiap pembangunan harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar semua fasilitas pendidikan dapat terukur dan aman bagi penggunanya.
Pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan pengecekan secara rutin agar kondisi pesantren selalu dalam keadaan layak dan aman. Langkah ini diharapkan dapat memberikan rasa aman baik kepada santri maupun orang tua mereka akan keselamatan selama proses belajar mengajar berlangsung.