Ratusan ibu di Yogyakarta melakukan aksi protes terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru-baru ini menciptakan masalah serius. Protes ini diadakan sebagai bentuk pernyataan tegas atas keracunan yang menimpa ribuan anak sekolah akibat pelaksanaan program tersebut.
Para ibu berkumpul di kawasan bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Jumat sore, dengan peralatan dapur yang dihidupkan sebagai simbol ketidakpuasan. Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa biasa, tetapi juga sebagai ungkapan kepedulian mereka terhadap keselamatan anak-anak.
Mereka mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta dalam menuntut transparansi dan evaluasi menyeluruh terhadap program yang dianggap bermasalah. Dalam aksi bertajuk ‘Kenduri Suara Ibu Indonesia’, mereka mengekspresikan kekecewaan dan harapan akan perubahan yang lebih baik.
Protes Ibu-ibu di Tengah Masalah Keracunan Anak
Aksi damai ini melibatkan para aktivis, seniman, dan akademisi, yang secara kolektif mengekspresikan keresahan mereka. Seorang orator mengatakan bahwa banyak ibu tidak akan tinggal diam ketika anak-anak mereka berada dalam bahaya.
Salah satu kritik utama yang muncul adalah mengenai menu MBG yang dianggap tidak sehat, termasuk hidangan seperti hamburger. Hal ini mendorong orator untuk menekankan pentingnya gizi yang tepat bagi anak-anak.
Dalam orasi mereka, ibu-ibu menyoroti bahwa Badan Gizi Nasional, sebagai pelaksana program ini, tidak dilengkapi dengan para ahli gizi yang kompeten. Sebaliknya, sebagian besar staf diisi oleh kalangan militer, yang seharusnya tidak bertanggung jawab dalam hal gizi dan nutrisi.
Penyebab dan Dampak Keracunan pada Anak-anak
Krisis kesehatan ini menjadi perhatian serius setelah diketahui bahwa lebih dari lima ribu anak menjadi korban keracunan. Ini bukan sekadar angka; setiap angka mewakili nyawa yang harus dilindungi dan masa depan bangsa yang harus diperjuangkan.
Banyak orang tua merasa cemas melihat anak-anak mereka terpaksa menerima makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi mereka. Siswa-siswa yang seharusnya berfokus pada belajar kini terpaksa menghadapi masalah kesehatan yang krusial.
Para ibu tidak hanya mengkhawatirkan anak-anak mereka, tetapi juga menunjukkan bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak seharusnya disalurkan ke program yang bermasalah. Secara ekonomi, mereka merasa dirugikan dan meminta pertanggungjawaban yang jelas dari pemerintah terkait penggunaan dana tersebut.
Tuntutan dari Aksi Protes Ibu-ibu
Dalam aksi tersebut, ibu-ibu menyampaikan lima tuntutan yang sangat jelas. Tuntutan pertama adalah penghentian program MBG yang dinilai terlalu sentralistik dan didominasi oleh kepentingan militer.
Kedua, mereka menuntut pertanggungjawaban dari presiden dan Badan Gizi Nasional atas insiden keracunan yang terjadi. Ini penting agar ada akuntabilitas dan transparansi dalam setiap program yang dijalankan.
Ketiga, mereka menginginkan dibentuknya tim pencari fakta untuk mengusut penyebab keracunan ini. Masyarakat memiliki hak untuk tahu dan mendapatkan pemulihan dari dampak yang ditimbulkan.
Keempat, pengusutan praktik korupsi yang mungkin terjadi dalam program MBG juga menjadi fokus utama. Para ibu percaya bahwa perlu ada penyelidikan yang lebih mendalam terhadap alokasi dana dan penggunaan sumber daya.
Terakhir, mereka meminta agar pemenuhan gizi anak kembali diserahkan kepada komunitas dan daerah. Ini dinilai lebih tepat dan efektif dalam memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai dengan karakteristik lokal.
