Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia Pancoran, Jakarta Selatan, hasil skrining terhadap lebih dari 83 ribu lansia menunjukkan angka yang mencolok. Dari evaluasi tersebut, sebanyak 1.184 lansia, atau sekitar 1,4 persen, terindikasi mengalami depresi menurut hasil Skrining Kognitif dan Depresi Lansia (SKILAS).
Penuturan Sri Puji, yang terlibat dalam studi tersebut, memperjelas bahwa hasil ini mencerminkan kondisi kesehatan mental yang perlu diperhatikan. “Angka ini menjadi alarm bagi kita semua untuk memberikan perhatian lebih kepada kesehatan mental lansia di Jakarta,” ujarnya.
Di DKI Jakarta, data menunjukkan bahwa jumlah lansia mencapai sekitar 1,1 juta orang pada semester I-2025, yang merupakan 10,6 persen dari total penduduk. Ini menandakan bahwa populasi lansia di ibukota semakin signifikan, sehingga perhatian terhadap kesehatan mereka sangat penting.
“Dari total populasi Jakarta, lansia merupakan kelompok yang rentan dan memerlukan pendekatan khusus,” tambah Sri Puji. Kesehatan fisik serta mental mereka menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kualitas hidup di masa tua.
Potensi Depresi pada Lansia dan Penyebabnya
Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang sering kali diabaikan, terutama pada lansia. Faktor-faktor seperti kehilangan pasangan, kesepian, dan masalah kesehatan fisik dapat menjadi pemicu utama munculnya gejala depresi.
Seiring bertambahnya usia, lansia sering mengalami penurunan fungsi fisik dan kehilangan kontak sosial. Stres yang berkepanjangan inilah yang dapat menimbulkan perasaan cemas dan depresi yang mendalam.
Penting bagi keluarga dan masyarakat untuk memberi dukungan emosional kepada lansia. Hal ini bisa dilakukan dengan cara rutin berinteraksi dan melakukan kegiatan sosial bersama.
Selain itu, perhatian dari tenaga kesehatan sangat penting dalam memantau kesehatan mental mereka. Skrining secara berkala dapat membantu dalam mendeteksi masalah kesehatan mental yang mungkin tidak terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
Pentingnya Skrining Kesehatan Mental bagi Lansia
Skrining kesehatan mental bagi lansia menjadi langkah awal yang krusial dalam penanganan masalah depresi. Dengan skrining yang tepat, gejala depresi dapat terdeteksi lebih cepat sebelum berkembang menjadi lebih serius.
Proses skrining ini melibatkan penggunaan alat bantu seperti SKILAS yang dirancang khusus untuk lansia. Alat ini mampu memberikan penilaian yang komprehensif tentang kesehatan mental lansia setelah melakukan evaluasi sederhana.
Dengan hasil yang akurat, intervensi segera dapat dilakukan. Terapi dan dukungan psikologis yang tepat dapat membantu mengatasi gejala depresi yang dialami oleh lansia.
Pemerintah bersama dengan lembaga kesehatan harus bekerja sama dalam menyediakan skrining yang terjangkau dan akurat. Hal ini penting agar setiap lansia memiliki akses untuk mendapatkan perawatan mental yang mereka butuhkan.
Peran Keluarga dalam Mendukung Kesehatan Mental Lansia
Keluarga memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental lansia. Interaksi yang positif dan kasih sayang yang tulus dapat memberikan dampak yang signifikan pada kesejahteraan emosional mereka.
Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan mendukung menjadi langkah awal yang baik. Dengan atmosfer yang kondusif, lansia akan merasa lebih aman dan terjaga dari perasaan kesepian.
Selain itu, melibatkan lansia dalam aktivitas keluarga dapat meningkatkan rasa memiliki. Aktivitas sederhana seperti berkumpul untuk makan malam atau bermain permainan dapat membantu mengurangi rasa sepi yang mereka rasakan.
Penting juga untuk mendengarkan cerita dan pengalaman hidup mereka. Penghargaan akan pengalaman dan pengetahuan lansia adalah bentuk dukungan yang berarti bagi kesehatan mental mereka.
Jika diperlukan, keluarga dapat berkolaborasi dengan tenaga profesional untuk mendampingai lansia dalam proses pengobatan. Ini membantu menciptakan hubungan yang harmonis dan memastikan lansia merasa diperhatikan.