Koalisi Kawal Makan Bergizi Gratis (MBG) telah mengeluarkan kritik yang tajam terhadap makanan ultra-processed yang disajikan kepada penerima manfaat. Makanan ini sering kali tidak memenuhi standar gizi yang ideal, menambah kekhawatiran mengenai kesehatan anak-anak yang menjadi sasaran program ini.
Makanan ultra-processed terdiri dari produk yang mengalami proses pengolahan kompleks dan mengandung bahan tambahan yang jarang ditemukan di dapur rumah tangga seperti zat perisa kimia, pengawet, dan pewarna. Jenis makanan ini, yang meliputi sosis, nugget, dan makanan ringan, berpotensi merugikan kesehatan anak-anak jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Faktanya, contoh produk ultra-processed food yang disajikan melalui program MBG seringkali merupakan makanan siap saji yang kurang menyehatkan. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai kualitas asupan gizi bagi penerima manfaat program tersebut.
Pentingnya Kualitas Gizi dalam Makanan Anak-anak
Marthin Hadiwinata, Koordinator Nasional FIAN, menekankan pentingnya memperhatikan kualitas gizi dalam penyajian makanan. Ia menjelaskan bahwa makanan yang tidak bergizi dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan anak-anak yang mengonsumsinya secara rutin.
Menurutnya, konsumsi makanan yang mengandung gula tinggi dan garam berlebihan dapat merusak kesehatan anak dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perhatian terhadap jenis makanan yang diberikan diprogram-program pemerintah harus menjadi prioritas.
Keluarga yang berusaha menjaga asupan gizi anak-anak mereka bisa merasa usaha tersebut sia-sia jika makanan yang disajikan melalui program MBG tidak memenuhi standar gizi yang baik. Ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh banyak orang tua yang peduli akan kesehatan anak-anak mereka.
Perspektif Pemerintah dan Upaya Perbaikan
Agus Sarwono, peneliti dari Transparency International Indonesia, menyoroti bahwa pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada target jumlah penerima manfaat. Ia menekankan bahwa perhatian serius terhadap kualitas gizi makanan untuk anak-anak sangatlah penting.
Pemerintah harus mempertimbangkan dan mengevaluasi dengan cermat makanan yang disuplai agar sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Ini bukan hanya soal kuantitas, tetapi yang lebih penting adalah kualitas yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Melihat situasi ini, beberapa pihak mengusulkan agar pemerintah melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap program makanan yang diberikan kepada anak-anak. Dengan kualitas yang lebih baik, maka kesehatan anak-anak bisa terjamin dengan lebih baik di masa mendatang.
Contoh Situasi di Sekolah dan Dampaknya
Dalam praktiknya, beberapa institusi pendidikan juga menunjukkan contoh penyajian makanan yang kurang baik. Sandra, perwakilan dari Suara Orang Tua Peduli, berbagi pengalaman mengenai penyajian makanan cepat saji di salah satu sekolah di Jakarta.
Di sekolah itu, anak-anak diberikan makanan seperti Hokben, yang merupakan contoh dari makanan cepat saji. Situasi ini menimbulkan keprihatinan di kalangan orang tua yang ingin memberikan pilihan makanan yang lebih bergizi untuk anak-anak mereka.
Pengalaman ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mengubah cara penyajian makanan di institusi pendidikan. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang mendukung pola makan sehat untuk membantu anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik.